ABSTRAK
Praktikum
ini berjudul “reproduksi tumbuhan“, bertujuan untuk mengenal dan mempelajari
sistem reproduksi pada tumbuhuan . Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at,
tanggal 17 Februari 2012, pukul 13.15
WIB sampai dengan 15.30 WIB, bertempat
di Laboratorium Zoloogi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah silet, sedangkan bahan yang digunakan adalah Alamanda sp, Caesalpinia
pulchererima, Canna sp, Carica
papaya, Hibiscus rosasinensin, Pinus
mercusii, dan Vanda sp. Hasil
yang diperoleh adalah pada tumbuhan Angiospermae
mempunyai organ reproduksi berupa bunga, sedangkan pada tumbuhan Gymnospermae mempunyai organ reproduksi
berupa strobilus. Kesimpulan yang diperoleh adalah tumbuhan bereproduksi secara
vegetatif dan generatif.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tumbuhan, aspek produktif akan membentuk bunga
atau perbungaan, yang secara bertahap
akan menggantikan aspek vegetatif.
Primordia dari setiap organ bunga biasanya dibentuk melalui pembelahan sel
secara periklinal pada lapisan sel bagian luar dari meristem aspek bunga dan
melelui pembelahan periklinal dan antiklinal atau ke segala arah pada lapisan
sel dibawahnya. Bunga merupakan sekumpulan jaringan reproduktif dan steril yang
tersusun dalam lingkaran dengan ruas yang sangat pendek. Bunga merupakan
modifikasi dari pucuk atau tunas (Irlawati 2000: 84).
Tumbuhan juga melakukan reproduksi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya atau spesiesnya. Pada tumbuhan berbunga,
bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila
mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik dan daun buah. Bunga
terdiri dari bagian fertil, yaitu bnang sari dan daun buah, serta bagian steril
yaitu daun kelopak dan daun buah. Benang sari merupakan alat kelamin jantan
pada bunga. Benang sari (stamen) terdiri dari tangkai sari dan kepala sari
(antera). Benang sari pada umumnya terdiri dari empat ruang yang berisi pollen
yang disebut dengan mikrosporangium (lokulus) dan suatu tangkai yang mendukung
antera disebut filamen atau tangkai sari (Nugroho 2006: 121).
Putik merupakan alat kelamin betina pada bunga yang
terdiri dari dari bakal buah yang
didalam bakal bji terdapat sel kelamin betina , tangkai putik dan kepala putik.
Kepala putik berujung lengket untuk menangkap butir – butir sel jantan.
Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Pembentukan
berbiji tersebut dengan jalan reproduksi seksual dengan yaitu dengan
bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari
bakal buah. Reproduksi seksual melibatkan kedua proses pembuahan (fertilisasi)
dan meiosis. Pada tumbuhan, fertilisasi
dan meiosis membagi kehidupan organisme menjadi dua fase berlainan atau
generasi. Pada Fertilisasi, nukleus dua gamet bersatu meningkatkan jumlah
kromosom dari haploid menjadi diploid
(Kimball 2000: 339).
Pada reproduksi seksual menyebabkan adanya variasi
genetik dan memungkinkan terjadinya perkembangan populasi yang secara spesifik
teradaptasi terhadap lingkungan sekelilingnya, oleh sebab itu individu yang
dihasilkan cenderung memiliki daya tahan
yang lebih baik. Akan tetapi, ketika kombinasi sifat yang diinginkan telah ditemukan, reproduksi secara aseksual
beresiko kehilangan individu tersebut dalam proses yang acak. Reproduksi aseksual tidak melibatkan adanya pembentukan gamet,
melalui meiosis, maupun peleburan dua gamet yang berbeda (fertilisasi).
Reproduksi cara ini dilakukan secara mitosis membentuk individu baru yang
identik secara genetik dengan induknya. Kedua metode reproduksi memiliki
keuntungan dan kekurangan (Irlawati 2000: 89).
Selain reproduksi secara seksual dan aseksul, juga
terdapat reproduksi aseksual buatan. Tumbuhan yang dikembangkan secara aseksual
buatan ini cukup menguntungkan karena kombinasi gen yang dibutuhkan tetap ada
dan tidak akan muncul resiko hilangnya sifat yang diinginkan seperti yang
terjadi pada reproduksi seksual. Reproduksi aseksual secara cepat menambah
jumlah organisme dan kombinasi yang diinginkan tetap terpelihara (Anonim 2012:
1).
Reproduksi pada tumbuhan terbagi atas reproduksi
vegetatif dan reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif pada tumbuahan dapat
dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina atau kepala putik dengan benang sari. Perkembangbiakan
secara alami atau vegetatif alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa
bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan tanaman baru. Perkembangbiakan
tidak kawin buatan atau reproduksi vegetatif buatan, yakni berkembang biaknya
tumbuhan dengan bantuan campur tangan manusia (Nugroho 2006: 122).
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan
untuk mempelajari dan mengenali sistem reproduksi pada tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada awal
gametogenesis inti serbuk sari membelah menjadi dua sel, yaitu sel vegetatif
dan sel generatif. Kedua sel tersebut ukurannya tidak sama. Sel vegetatif lebih
besar dibandingkan dengan sel generatif. Selanjunya sel generatif membelah
secara mitosis menghasilkan 2 sel sperma. Dinding generatif segera dibentuk
diantara 2 membran sel dan berhubungan dengan intin. Dinding intin papa
beberapa jenis terdiri dari dari kalose. Setelah pembelahan mitosis, sel
vegetatif melanjutkan pertumbuhan, organel sel bertambah jumlah dan ukurannya,
vakuola semakin menghilang. Setelah lepas dari dinding , sel generatif bentuknya speris.Bentuk ini selalu berubah
selama perkembangan butir pollen. Sperma dibentuk dari pembelahan mitosis inti
sel generatif (Nugroho 2006: 131).
Tumbuhan yang menghasilkan
biji terbagi atas Gymnospermae (tidak berbunga dan
menghasilkan biji terbuka) dan Angiospermae
(menghasilkan bunga dan biji tertutup). Pembuahan pada tumbuhan bukan hanya
peleburan sperma dengan ovum, melainkan juga sperma membuahi inti kandung
lembaga sekunder yang menghasilkan endospermae tempat cadangan makanan disimpan.
Reproduksi pada tumbuhan terdiri dari reproduksi vegetative dan reproduksi
generative. Reproduksi vegetatif, antara lain dengan membentuk zoospora,
fragmentasi, dan membelah diri. Dengan membentuk oospora ( spora keebara)
berupa sel reproduksi aseksual yang memiliki flagel (Campbell 2003: 354).
Reproduksi
tumbuhan secara vegetatif dapat
dilakukan secara tak kawin atau tanpa perkawinan antara sel kelamin jantan
dengan sel kelamin betina. Sedangkan reprodusi secara generatif terbagi menjadi
dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Daur hidup Angiospermae, tumbuhan bunga, mirip
dengan daur hidup Gymnospermae. Pada Angiospermae, mikrospora dan megaspora
terbentuk dalam bunga. Pada umumnya, bunga itu sempurna, artinya setiap bunga
mempunyai mikrosporangia dan megasporangium dan dengan demikian membentuk kedua
macam spora. Mikrospora terjadi di dalam stamen (benang sari) dan megaspora
didalam pistillum (Kimball 2000: 345).
Pada Angiospermae bakal biji tertutup didalam
megasporofil yang bermodifikasi dan disebut daun buah. Serbuk sari harus
menembus jaringan daun buah tersebut sebelum mencapai bakal biji untuk
membuahinya. Serbuk sari dibentuk dalam anter. Meiosis pada setiap sel induk
spora menghasilkan pembentukan empat mikrospora. Kemudian masing – masing
berkembang menjadi serbuk sari ber sel dua dengan didinng luar yang kasar. Satu
sel serbuk sari disebut sel tabung, yang lain disebut sel generatif. Pistil
terdiri atas stigma stillus dan ovarium
yang terdiri atas ruang yang berisikan megasporanya, ovul (bakal biji). Jumlah
dan susunan bakal biji didalam bakal buah (indung telur, ovarium) sangat
beragam dari spesies ke spesies (Loveless 1999: 115).
Pada beberapa
kelompok angiospermae pemindahan butir – butir serbuk sari dilakukan oleh
angin, misalnya rumput. Angiospermae banyak
dibantu berbagai hewan dalam penyerbukannya. Pada galibnya bunga yang
disebuki sereangga itu sempurna, adanya stamen dan pistil pada satu bunga. Ada
dua keuntungan yang didapat . Pertama adanya kecenderungan lebih sering terjadi
penyerbukan. Bunga tidak sempurna, dengan salah satu saja yang ada, perlu
dikunjungi secara bergantian agar dicapai efisiensi sebanding sebagai
polinator. Kedua, jika tidak berlangsung penyerbukan antara bermacam bunga,
maka bunga tersebut masih dapat menyerbuk sendiri. Pembentukan buah tetap ada
meski kebanyakan serupa gamet – gametnya akan mengurangi banyaknya variabilitas
pada keturunannya (Kimball 2000:
347).
Bunga Angiospermae sebenarnya dimodifikasi
sedemikian sehingga yang lebih umum terjadi ialah penyerbukan sendiri.
Mekanisme yang menjamin penyerbukan silang adalah adanya bunga tak sempurna
pada tumbuhan terpisah. Spesies yang mempunyai bunga seperti ini, contohnya
pohon kurma, salak, pepaya, yang disebut berumah dua (dioecious). Spesies
dengan bunga tak sempurna pada satu tanaman
dinamakan tumbuhan berumah satu (monoecious). Pembuahan di antara bunga – bunga ini menghasilkan tidak lebih
banyak keragaman yang turun menurun dibandingkan dengan penyerbukan sendiri
pada satu bunga. Pada banyak angiospermae , misalnya clover merahdan beberapa
variates apel, serbuk sarinya tidak akan berkecambah pada stigma tanaman yang sama. Tanaman
seperti ini disebut steril sendiri (Nugroho 2006: 133).
Semua tumbuhan Gymnospermae berupa tumbuhan berkayu,
tetapi menunjukan bentuk pertumbuhan yang sangat bervariasi, yang mencakup
pohon tinggi (kebanyakan konifer), pohon yang mirip palem (sikas), juga perdu
dan liana.Selain memiliki biji yang telanjang, gymnospermae dicirikan oleh adanya
daun yang biasanya selalu hijau dan menjangat dan karena tidak adanya pembuluh
pada xilem dan floem. Pada awal sejarah bumi gymnospermae merupakan tipe
vegetasi yang dominan. Gymnospermae yang
masih hidup termasuk kedalam dua kelompok utama, yaitu sebuah kelompok yang
berupa tumbuhan mirip palem dan disebut sikas dan satu lagi yang lebih besar
kelompoknya , yang memiliki runjung yang jelas, yang disebut konifer (Loveless
1999: 95).
Gymnospermae
membawa bekal bijinya diluar pada permukaan megasporofilnya atau struktur
analognya yang disebut sisik pendukung bakal biji (ovulife rous scales), yang
berkelompok menjadi strobilus yang berkayu dan disebut runjung (kecuali pada
cycas, diantara wakil kelompok ini yang masih hidup). Yang paling dikenal
diantara gymnospermae konifer. Generasi sporofit (yang merupakan bagian satu –
satunya yang biasa tampak) membentuk dua spora yang berbeda.Mikrospora
berkecambah dan dan tumbuh menjadi generasi gametofit jantan dan dalam
megaspora berkembang menjadi generasi gametofit betina. Masing – masing
diproduksi dalam sporangiumnya, yang dinamakan dengan mikrosporangium dan
megasporangium (Kimball 2000: 342).
Gametofit Gymnospermae lebih dari suatu meknisme
reproduktif. Kedua gametofit jantan dan
betina itu amat kecil dan seluruhnya bergantung pada sporofit tetuanya
untuk makanannya. Gametofit dapat dperitemukan hanya dengan bantun struktur
generasi sporofit tetuanya. Embrioyang berkembang itu tidak lagi dilindungi
oleh generasi gametofit sebagaimana pada limut dan paku- pakuan, tetapi
memperoleh makanan dan perlindungannya dari sporofit tertuanya. Endosperma itu
gametofitik, tetapi cadangan makanannaya berasal dari sporifitnya. Generasi
sporofit melanjutkan penyebaran spesiesnya. Hal ini tidak dilaksanakan oleh
spora-spora terbawa angin, melainkan oleh biji-biji yang terbawa angin (Campbell
2003: 356).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari jumat, 17 Februari 2012, pukul 13.15 – 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
silet, sedangkan bahan yang digunakan adalah Alamanda sp, Caesalpinia
pulcherima, Canna sp, Carica papaya, Hibiscus
rosasinensis, Pinus mercusii dan Vanda sp.
3.3
Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan digunakan dan dibagi
berdasarkan jenisnya (Angiospermae
dan Gymnospermae). Diamati bahan dan
digambarkan beserta diberi keterangan setiap bagian – bagiannya. Dibelah dan diamati bagian dalamnya dari
bahan tersebut kemudian digambar dan diberi keterangan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
a.
Alamanda
sp.
Klasifikasi
Regnum :
plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Gentlanales
Famili :
Apocynaceae
Genus :
Alamanda
Spesies :
Alamnda sp.
N. umum :
Bunga Alamanda
b.Caesalpinia
pulcherima
Klasifikasi
Regnum :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Fabales
Famili :
Caesalpinaceae
Genus :
Caesalpinia
Spesies :
Caesalpinia pulcherima
N. umum :
Bunga merak
c..Canna sp.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Liliopsida
Famili : Zingiberales
Genus : Canna
Spesies : Canna sp.
Nama umum : Bunga kana
d.Carica papaya
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
N.umum : pepaya
e. Hibiscus
rosasinensis
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibisus
Spesies : Hibiscus rosasinensis
N.umum : Bunga sepatu
f. Pinus mercusii
Klasifikasi
Regnum : plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus mercusii
N.umum : Pinus
g. Vanda sp.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo :
Poales
Famili : Poaceae
Genus : Vanda
Spesies : Vanda sp.
N.umum : Bunga anggrek
4.2
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
, maka diperoleh hasil berupa gambar Alamanda
sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp, Carica papaya, Hibiscus rosasinensis, Pinus mercusii, Vanda sp. Berdasarkan alat
reproduksinya, hasil yang diperoleh itu digolongkan berdasarkan tumbuhan Angiospermae dan Gymnospermae. Hal ini didukung oleh pendapat Loveless (1999: 92),
yang menyatakan bahwa tumbuhan berbiji dibagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Dalam praktikum ini bahan yang tergolong Gymnospermae adalah Pinus mercusii. Organ reproduksi pada Gymnospermae disebut dengan konus atau strobilus. Karena Pinus mercusii tergolong ke dalam Gymnospermae, maka pohon pinus memiliki
strobilus jantan dan betina sebagai organ reproduksinya.
Di
dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk
butir serbuk, sedangkan pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Hal
ini didukung oleh pendapat Nugroho (2006: 130), yang menyatakan bahwa, sel-sel induk butir serbuk pada anteridium
bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap. Pada
strobilus betina, tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang
bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati dan satu sel hidup
sebagai sel telur. Sporofit pada pinus
mercusii yang menghasilkan mikrosporofil dengan mikrospongia disebut strobilus
jantan (staminate cones), sedangkan yang menghasilkan megasprofil dengan ovulum
disebut strobilus betina (pistillate cones).
Dalam
praktikum ini, bahan yang tergolong kedalam Angiospermae
adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp, Carica papaya, Hibiscus rosasinensis dan
Vanda sp. Organ reproduksi Angiospermae
adalah bunga. Hal ini didukung oleh pendapat Gembong (2007: 173), bahwa bunga adalah organ
reproduksi pada Angiospermae yang
merupakan modifikasi dari tunas yang mendukung bagian-bagiannnya, seperti
kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Pada tumbuhan yang tergolong Angiospermae atau tumbuhan berbunga,
memiliki alat reproduksi jantan atau benang sari yang akan menghasilkan gamet
jantan dan alat reproduksi betina atau putik yang akan menghasilkan gamet
betina yang terdapat didalam bakal biji.
Bunga alamanda adalah bunga yang berwarna
kuning, indah dan berbentuk seperti terompet, dan mampu berbunga terus menerus
sepanjang tahun, dan batang tanaman ini keras dan bergetah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012: 1). Organ reproduksi pada Alamanda sp. seperti putik dan benang
sari tidak nampak begitu jelas, karena tertutup oleh mahkota bunga. Caesalpinia pulcherima atau yang sering
disebut dengan bunga merak memiliki bagian-bagian bunga seperti mahkota, benang
sari dan putik. Benang sari pada bunga merak ini menjulur panjang keatas. Caesalpinia pulcherima juga disebut
sebagai bunga majemuk karena pada satu tangkai terdapat lebih dari satu bunga. Canna sp. memiliki daun yang besar, lebar dan menyirip jelas yang termasuk
kedalam ordo Zingiberales.
Berdasarkan bagian reproduksinya, bunga dibagi
menjadi dua, yaitu bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Hal ini sesuai dengan
pendapat Irlawati (2000: 85), bahwa bunga
sempurna adalah bunga yang memiliki kedua bagian reproduksi, yaitu Stamen dan
Pistillum. Sedangkan bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki satu
alat reproduksi. Stamen atau Pistillum saja. Hibiscus rosasinensis atau bunga sepatu biasa disebut dengan bunga
banci, karena memiliki 2 alat reproduksi. Hibiscus
rosasinensis termasuk dalam kelas Dicotyledonae dan ordo Malvales.
Dilihat dari titik pertumbuhan , tumbuhan juga
dibedakan menjadi monopodial dan simpodial. Hal ini sesuai dengan pendapat
Loveless (1999: 120). Bunga anggrek atau Vanda
sp. Memiliki pertumbuhan simpodial dan monopodial. Pertumbuhan monopodial
adalah bahwa anggrek ini hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja.
Bunganya tumbuh dari ujung batang. Sedangkan pertumbuhan simpodial adalah bunga
anggrek ini memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas baru muncul dari
sekitar batang utama dan bunga bisa muncul di pucuk atau sisi batang, tetapi
ada juga yang muncul dari akar tinggal. Carica papaya merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas
Magnoliopsida dan ordo Violales.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Angiospermae dan Gymnospermae, keduanya memiliki perbedaan dalam organ reproduksinya
maupun strukturnya. Hal ini didukung oleh pendapat Kimball (2000: 342-346), bahwa Angiospermae
adalah tumbuhan berbiji tertutup dan Gymnospermae
adalah tumbuhan berbiji terbuka. Tumbuhan biji tertutup memiliki jumlah
spesies lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan berbiji terbuka dan memiliki bunga yang sesungguhnya yang terdiri
dari mahkota bunga, kelopak bunga, putik, dan benang sari. Angiospermae membagi 2 kelompok tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji
tunggal (Monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji berkeping dua (Dicotyledonae).
Gymnospermae
merupakan tumbuhan berbiji terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2006:
175), bahwa Gymnospermae merupakan
tumbuhan berbiji terbuka yang mempunyai organ reproduksi berupa konus atau
strobilus. Tumbuhan kelompok Gymnospermae
memiliki ciri-ciri, bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah, berakar
tunggang, umumnya berupa pohon, dan memiliki akar, batang dan daun sejati. Megaspora pada Gymnospermae tetap berada dalam bakal
biji, megasporangium dilindungi oleh beberapa integument, kecuali pada bagian
ujung memiliki lubang kecil disebut mikrofil. Pembuahan pada Gymnospermae disebut pembuahan tunggal,
karena tiap-tiap sel pada sperma membuahi satu sel telur.
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Reproduksi tumbuhan terbagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif.
2. Reproduksi generatif terbagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae.
2. Reproduksi generatif terbagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae.
3.
Tumbuhan Angiospermae memiliki organ
reproduksi berupa bunga.
4.
Tumbuhan Gymnospermae memiliki ogan
reproduksi berupa konus atau strobilus.
5.
Pembuahan pada Gymnospermae disebut pembuahan tunggal.
6.
Angiospermae atau tumbuhan berbunga
menghasilkan mikrospora dan megaspora.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Reproduksi Hewan. http://word
press. com. diakses tanggal 14
Februari 2012 pukul 15.20 WIB.
Campbell,
NA. 2003. Biologi. Jilid 3. Jakarta. Erlangga. V + 472 hlm.
Irlawati.
2000. Ringkasan Materi Olimpiade
Internasional. Bandung. ITB. X + 405 hlm.
Kimball,W
John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta.
Erlangga. XII + 755 hlm.
Loveless,A.R. 1999.
Prinsip-Prinsip Tumbuhan Untuk Daerah
Tropis. Jakarta. Erlangga. XI + 390 hlm.
Nugroho,L. Hartanto.
2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta. Penebar Swadaya. IV + 180 hlm.
Tjitrosoepomo,Gembong.
2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta.
UGM Press. X + 268
hlm.
0 komentar to Reproduksi Tumbuhan