Reproduksi Tumbuhan

Posted by Unknown On Minggu, 29 April 2012 0 komentar
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul “reproduksi tumbuhan“, bertujuan untuk mengenal dan mempelajari sistem reproduksi pada tumbuhuan . Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 17 Februari  2012, pukul 13.15 WIB  sampai dengan 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Zoloogi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet, sedangkan bahan yang digunakan adalah Alamanda sp,          Caesalpinia pulchererima, Canna sp, Carica papaya, Hibiscus rosasinensin,          Pinus mercusii, dan Vanda sp. Hasil yang diperoleh adalah pada tumbuhan Angiospermae mempunyai organ reproduksi berupa bunga, sedangkan pada tumbuhan Gymnospermae mempunyai organ reproduksi berupa strobilus. Kesimpulan yang diperoleh adalah tumbuhan bereproduksi secara vegetatif dan generatif.



 
BAB I
 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada tumbuhan, aspek produktif akan membentuk bunga atau perbungaan, yang  secara bertahap akan menggantikan  aspek vegetatif. Primordia dari setiap organ bunga biasanya dibentuk melalui pembelahan sel secara periklinal pada lapisan sel bagian luar dari meristem aspek bunga dan melelui pembelahan periklinal dan antiklinal atau ke segala arah pada lapisan sel dibawahnya. Bunga merupakan sekumpulan jaringan reproduktif dan steril yang tersusun dalam lingkaran dengan ruas yang sangat pendek. Bunga merupakan modifikasi dari pucuk atau tunas (Irlawati 2000: 84).
Tumbuhan juga melakukan reproduksi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya atau spesiesnya. Pada tumbuhan berbunga, bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik dan daun buah. Bunga terdiri dari bagian fertil, yaitu bnang sari dan daun buah, serta bagian steril yaitu daun kelopak dan daun buah. Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada bunga. Benang sari (stamen) terdiri dari tangkai sari dan kepala sari (antera). Benang sari pada umumnya terdiri dari empat ruang yang berisi pollen yang disebut dengan mikrosporangium (lokulus) dan suatu tangkai yang mendukung antera disebut filamen atau tangkai sari (Nugroho 2006: 121).
Putik merupakan alat kelamin betina pada bunga yang terdiri dari dari bakal buah  yang didalam bakal bji terdapat sel kelamin betina , tangkai putik dan kepala putik. Kepala putik berujung lengket untuk menangkap butir – butir sel jantan. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Pembentukan berbiji tersebut dengan jalan reproduksi seksual dengan yaitu dengan bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah. Reproduksi seksual melibatkan kedua proses pembuahan (fertilisasi) dan meiosis. Pada tumbuhan, fertilisasi  dan meiosis membagi kehidupan organisme menjadi dua fase berlainan atau generasi. Pada Fertilisasi, nukleus dua gamet bersatu meningkatkan jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid          (Kimball 2000: 339).
Pada reproduksi seksual menyebabkan adanya variasi genetik dan memungkinkan terjadinya perkembangan populasi yang secara spesifik teradaptasi terhadap lingkungan sekelilingnya, oleh sebab itu individu yang dihasilkan cenderung  memiliki daya tahan yang lebih baik. Akan tetapi, ketika kombinasi sifat yang diinginkan  telah ditemukan, reproduksi secara aseksual beresiko kehilangan individu tersebut dalam proses yang acak. Reproduksi aseksual  tidak melibatkan adanya pembentukan gamet, melalui meiosis, maupun peleburan dua gamet yang berbeda (fertilisasi). Reproduksi cara ini dilakukan secara mitosis membentuk individu baru yang identik secara genetik dengan induknya. Kedua metode reproduksi memiliki keuntungan dan kekurangan (Irlawati 2000: 89).
Selain reproduksi secara seksual dan aseksul, juga terdapat reproduksi aseksual buatan. Tumbuhan yang dikembangkan secara aseksual buatan ini cukup menguntungkan karena kombinasi gen yang dibutuhkan tetap ada dan tidak akan muncul resiko hilangnya sifat yang diinginkan seperti yang terjadi pada reproduksi seksual. Reproduksi aseksual secara cepat menambah jumlah organisme dan kombinasi yang diinginkan tetap terpelihara (Anonim 2012: 1).
Reproduksi pada tumbuhan terbagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif pada tumbuahan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina atau kepala putik dengan benang sari. Perkembangbiakan secara alami atau vegetatif alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan tanaman baru. Perkembangbiakan tidak kawin buatan atau reproduksi vegetatif buatan, yakni berkembang biaknya tumbuhan dengan bantuan campur tangan manusia (Nugroho 2006: 122).

1.2 Tujuan Praktikum
     Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengenali sistem reproduksi pada tumbuhan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada awal gametogenesis inti serbuk sari membelah menjadi dua sel, yaitu sel vegetatif dan sel generatif. Kedua sel tersebut ukurannya tidak sama. Sel vegetatif lebih besar dibandingkan dengan sel generatif. Selanjunya sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan 2 sel sperma. Dinding generatif segera dibentuk diantara 2 membran sel dan berhubungan dengan intin. Dinding intin papa beberapa jenis terdiri dari dari kalose. Setelah pembelahan mitosis, sel vegetatif melanjutkan pertumbuhan, organel sel bertambah jumlah dan ukurannya, vakuola semakin menghilang. Setelah lepas dari dinding , sel generatif  bentuknya speris.Bentuk ini selalu berubah selama perkembangan butir pollen. Sperma dibentuk dari pembelahan mitosis inti sel generatif (Nugroho 2006: 131).
Tumbuhan yang menghasilkan biji terbagi atas Gymnospermae                    (tidak berbunga dan menghasilkan biji terbuka) dan Angiospermae (menghasilkan bunga dan biji tertutup). Pembuahan pada tumbuhan bukan hanya peleburan sperma dengan ovum, melainkan juga sperma membuahi inti kandung lembaga sekunder yang menghasilkan endospermae tempat cadangan makanan disimpan. Reproduksi pada tumbuhan terdiri dari reproduksi vegetative dan reproduksi generative. Reproduksi vegetatif, antara lain dengan membentuk zoospora, fragmentasi, dan membelah diri. Dengan membentuk oospora ( spora keebara) berupa sel reproduksi aseksual yang memiliki flagel (Campbell 2003: 354).
Reproduksi tumbuhan secara vegetatif  dapat dilakukan secara tak kawin atau tanpa perkawinan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Sedangkan reprodusi secara generatif terbagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Daur hidup Angiospermae, tumbuhan bunga, mirip dengan daur hidup Gymnospermae. Pada Angiospermae, mikrospora dan megaspora terbentuk dalam bunga. Pada umumnya, bunga itu sempurna, artinya setiap bunga mempunyai mikrosporangia dan megasporangium dan dengan demikian membentuk kedua macam spora. Mikrospora terjadi di dalam stamen (benang sari) dan megaspora didalam pistillum (Kimball 2000: 345).
Pada Angiospermae bakal biji tertutup didalam megasporofil yang bermodifikasi dan disebut daun buah. Serbuk sari harus menembus jaringan daun buah tersebut sebelum mencapai bakal biji untuk membuahinya. Serbuk sari dibentuk dalam anter. Meiosis pada setiap sel induk spora menghasilkan pembentukan empat mikrospora. Kemudian masing – masing berkembang menjadi serbuk sari ber sel dua dengan didinng luar yang kasar. Satu sel serbuk sari disebut sel tabung, yang lain disebut sel generatif. Pistil terdiri  atas stigma stillus dan ovarium yang terdiri atas ruang yang berisikan megasporanya, ovul (bakal biji). Jumlah dan susunan bakal biji didalam bakal buah (indung telur, ovarium) sangat beragam dari spesies ke spesies (Loveless 1999: 115).
Pada beberapa kelompok angiospermae pemindahan butir – butir serbuk sari dilakukan oleh angin, misalnya rumput. Angiospermae banyak  dibantu berbagai hewan dalam penyerbukannya. Pada galibnya bunga yang disebuki sereangga itu sempurna, adanya stamen dan pistil pada satu bunga. Ada dua keuntungan yang didapat . Pertama adanya kecenderungan lebih sering terjadi penyerbukan. Bunga tidak sempurna, dengan salah satu saja yang ada, perlu dikunjungi secara bergantian agar dicapai efisiensi sebanding sebagai polinator. Kedua, jika tidak berlangsung penyerbukan antara bermacam bunga, maka bunga tersebut masih dapat menyerbuk sendiri. Pembentukan buah tetap ada meski kebanyakan serupa gamet – gametnya akan mengurangi banyaknya variabilitas pada keturunannya     (Kimball 2000: 347).
Bunga Angiospermae sebenarnya dimodifikasi sedemikian sehingga yang lebih umum terjadi ialah penyerbukan sendiri. Mekanisme yang menjamin penyerbukan silang adalah adanya bunga tak sempurna pada tumbuhan terpisah. Spesies yang mempunyai bunga seperti ini, contohnya pohon kurma, salak, pepaya, yang disebut berumah dua (dioecious). Spesies dengan bunga tak sempurna pada satu tanaman  dinamakan tumbuhan berumah satu (monoecious). Pembuahan di antara          bunga – bunga ini menghasilkan tidak lebih banyak keragaman yang turun menurun dibandingkan dengan penyerbukan sendiri pada satu bunga. Pada banyak angiospermae , misalnya clover merahdan beberapa variates apel, serbuk sarinya tidak akan berkecambah  pada stigma tanaman yang sama. Tanaman seperti ini disebut steril sendiri (Nugroho 2006: 133).
Semua tumbuhan Gymnospermae berupa tumbuhan berkayu, tetapi menunjukan bentuk pertumbuhan yang sangat bervariasi, yang mencakup pohon tinggi (kebanyakan konifer), pohon yang mirip palem (sikas), juga perdu dan liana.Selain memiliki biji yang telanjang, gymnospermae dicirikan oleh adanya daun yang biasanya selalu hijau dan menjangat dan karena tidak adanya pembuluh pada xilem dan floem. Pada awal sejarah bumi gymnospermae merupakan tipe vegetasi yang dominan. Gymnospermae yang masih hidup termasuk kedalam dua kelompok utama, yaitu sebuah kelompok yang berupa tumbuhan mirip palem dan disebut sikas dan satu lagi yang lebih besar kelompoknya , yang memiliki runjung yang jelas, yang disebut konifer (Loveless 1999: 95).
Gymnospermae membawa bekal bijinya diluar pada permukaan megasporofilnya atau struktur analognya yang disebut sisik pendukung bakal biji (ovulife rous scales), yang berkelompok menjadi strobilus yang berkayu dan disebut runjung (kecuali pada cycas, diantara wakil kelompok ini yang masih hidup). Yang paling dikenal diantara gymnospermae konifer. Generasi sporofit (yang merupakan bagian satu – satunya yang biasa tampak) membentuk dua spora yang berbeda.Mikrospora berkecambah dan dan tumbuh menjadi generasi gametofit jantan dan dalam megaspora berkembang menjadi generasi gametofit betina. Masing – masing diproduksi dalam sporangiumnya, yang dinamakan dengan mikrosporangium dan megasporangium (Kimball 2000: 342).
Gametofit Gymnospermae lebih dari suatu meknisme reproduktif. Kedua gametofit jantan dan  betina itu amat kecil dan seluruhnya bergantung pada sporofit tetuanya untuk makanannya. Gametofit dapat dperitemukan hanya dengan bantun struktur generasi sporofit tetuanya. Embrioyang berkembang itu tidak lagi dilindungi oleh generasi gametofit sebagaimana pada limut dan paku- pakuan, tetapi memperoleh makanan dan perlindungannya dari sporofit tertuanya. Endosperma itu gametofitik, tetapi cadangan makanannaya berasal dari sporifitnya. Generasi sporofit melanjutkan penyebaran spesiesnya. Hal ini tidak dilaksanakan oleh spora-spora terbawa angin, melainkan oleh biji-biji yang terbawa angin (Campbell 2003: 356).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
 Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat, 17 Februari 2012, pukul          13.15 – 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet, sedangkan bahan yang digunakan adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp,               Carica papaya, Hibiscus rosasinensis, Pinus mercusii dan Vanda sp.

3.3 Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan digunakan dan dibagi berdasarkan jenisnya (Angiospermae dan Gymnospermae). Diamati bahan dan digambarkan beserta diberi keterangan setiap bagian – bagiannya.  Dibelah dan diamati bagian dalamnya dari bahan tersebut kemudian digambar dan diberi keterangan.
           


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan  didapatkan hasil sebagai berikut :
a.      Alamanda sp.
Klasifikasi
Regnum    : plantae
Divisio                  : Magnoliophyta
Kelas                    : Magnoliopsida
Ordo                     : Gentlanales
Famili                   : Apocynaceae
Genus                   : Alamanda
Spesies                 : Alamnda sp.
N. umum  : Bunga Alamanda


b.Caesalpinia pulcherima
Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Fabales
Famili              : Caesalpinaceae
Genus              : Caesalpinia
Spesies            : Caesalpinia pulcherima     
N. umum         : Bunga merak


c..Canna sp.
Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Liliopsida
Famili              : Zingiberales
Genus              : Canna
Spesies            : Canna sp.
Nama umum    : Bunga kana

 

d.Carica papaya
Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Violales
Famili              : Caricaceae
Genus              : Carica
Spesies            : Carica papaya
N.umum          : pepaya
 

e. Hibiscus rosasinensis
 Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Malvales
Famili              : Malvaceae
Genus              : Hibisus
Spesies            : Hibiscus rosasinensis
N.umum          : Bunga sepatu

f. Pinus mercusii
Klasifikasi
Regnum           : plantae
Divisio             : Spermatophyta
Kelas               : Dycotyledonae
Ordo                : Pinales
Famili              : Pinaceae
Genus              : Pinus
Spesies            : Pinus mercusii
N.umum          : Pinus
                              


g. Vanda sp.
Klasifikasi
            Regnum           : Plantae
            Divisio             : Spermatophyta
            Kelas               : Monocotyledonae
            Ordo                : Poales
            Famili              : Poaceae
            Genus              : Vanda
            Spesies            : Vanda sp.
            N.umum          : Bunga anggrek
                                                                                               
                                                                                   

4.2 Pembahasan
     Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan , maka diperoleh hasil berupa gambar Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp, Carica papaya,       Hibiscus rosasinensis, Pinus mercusii, Vanda sp. Berdasarkan alat reproduksinya, hasil yang diperoleh itu digolongkan berdasarkan tumbuhan Angiospermae dan Gymnospermae. Hal ini didukung oleh pendapat Loveless (1999: 92), yang menyatakan bahwa tumbuhan berbiji dibagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Dalam praktikum ini bahan yang tergolong Gymnospermae adalah Pinus mercusii. Organ reproduksi pada Gymnospermae disebut dengan konus atau strobilus. Karena Pinus mercusii tergolong ke dalam Gymnospermae, maka pohon pinus memiliki strobilus jantan dan betina sebagai organ reproduksinya.
     Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk, sedangkan pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Hal ini didukung oleh pendapat Nugroho (2006: 130), yang menyatakan bahwa,    sel-sel induk butir serbuk pada anteridium bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap. Pada strobilus betina, tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati dan satu sel hidup sebagai sel telur. Sporofit pada pinus mercusii yang menghasilkan mikrosporofil dengan mikrospongia disebut strobilus jantan (staminate cones), sedangkan yang menghasilkan megasprofil dengan ovulum disebut strobilus betina (pistillate cones).
     Dalam praktikum ini, bahan yang tergolong kedalam Angiospermae adalah Alamanda sp, Caesalpinia pulcherima, Canna sp, Carica papaya,               Hibiscus rosasinensis dan Vanda sp. Organ reproduksi Angiospermae adalah bunga. Hal ini didukung oleh pendapat  Gembong (2007: 173), bahwa bunga adalah organ reproduksi pada Angiospermae yang merupakan modifikasi dari tunas yang mendukung bagian-bagiannnya, seperti kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Pada tumbuhan yang tergolong Angiospermae atau tumbuhan berbunga, memiliki alat reproduksi jantan atau benang sari yang akan menghasilkan gamet jantan dan alat reproduksi betina atau putik yang akan menghasilkan gamet betina yang terdapat didalam bakal biji.
Bunga alamanda adalah bunga yang berwarna kuning, indah dan berbentuk seperti terompet, dan mampu berbunga terus menerus sepanjang tahun, dan batang tanaman ini keras dan bergetah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012: 1). Organ reproduksi pada Alamanda sp. seperti putik dan benang sari tidak nampak begitu jelas, karena tertutup oleh mahkota bunga. Caesalpinia pulcherima atau yang sering disebut dengan bunga merak memiliki bagian-bagian bunga seperti mahkota, benang sari dan putik. Benang sari pada bunga merak ini menjulur panjang keatas. Caesalpinia pulcherima juga disebut sebagai bunga majemuk karena pada satu tangkai terdapat lebih dari satu bunga. Canna sp. memiliki daun yang  besar, lebar dan menyirip jelas yang termasuk kedalam ordo Zingiberales.
Berdasarkan bagian reproduksinya, bunga dibagi menjadi dua, yaitu bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat            Irlawati (2000: 85), bahwa bunga sempurna adalah bunga yang memiliki kedua bagian reproduksi, yaitu Stamen dan Pistillum. Sedangkan bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki satu alat reproduksi. Stamen atau Pistillum saja. Hibiscus rosasinensis atau bunga sepatu biasa disebut dengan bunga banci, karena memiliki 2 alat reproduksi. Hibiscus rosasinensis termasuk dalam kelas Dicotyledonae dan ordo Malvales.
Dilihat dari titik pertumbuhan , tumbuhan juga dibedakan menjadi monopodial dan simpodial. Hal ini sesuai dengan pendapat Loveless (1999: 120). Bunga anggrek atau Vanda sp. Memiliki pertumbuhan simpodial dan monopodial. Pertumbuhan monopodial adalah bahwa anggrek ini hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja. Bunganya tumbuh dari ujung batang. Sedangkan pertumbuhan simpodial adalah bunga anggrek ini memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas baru muncul dari sekitar batang utama dan bunga bisa muncul di pucuk atau sisi batang, tetapi ada juga yang muncul dari akar tinggal.             Carica papaya merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas Magnoliopsida dan ordo Violales.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Angiospermae dan Gymnospermae, keduanya memiliki perbedaan dalam organ reproduksinya maupun strukturnya. Hal ini didukung oleh pendapat  Kimball (2000: 342-346), bahwa Angiospermae adalah tumbuhan berbiji tertutup dan Gymnospermae adalah tumbuhan berbiji terbuka. Tumbuhan biji tertutup memiliki jumlah spesies lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan berbiji terbuka dan  memiliki bunga yang sesungguhnya yang terdiri dari mahkota bunga, kelopak bunga, putik, dan benang sari. Angiospermae membagi 2 kelompok tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji berkeping dua (Dicotyledonae).
Gymnospermae merupakan tumbuhan berbiji terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2006: 175), bahwa Gymnospermae merupakan tumbuhan berbiji terbuka yang mempunyai organ reproduksi berupa konus atau strobilus. Tumbuhan kelompok Gymnospermae memiliki ciri-ciri, bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah, berakar tunggang, umumnya berupa pohon, dan memiliki akar, batang dan daun sejati. Megaspora pada Gymnospermae tetap berada dalam bakal biji, megasporangium dilindungi oleh beberapa integument, kecuali pada bagian ujung memiliki lubang kecil disebut mikrofil. Pembuahan pada Gymnospermae disebut pembuahan tunggal, karena tiap-tiap sel pada sperma membuahi satu sel telur.




BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Reproduksi tumbuhan terbagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif.
2. Reproduksi generatif terbagi menjadi dua, yaitu Angiospermae dan Gymnospermae.
3. Tumbuhan Angiospermae memiliki organ reproduksi berupa bunga.
4. Tumbuhan Gymnospermae memiliki ogan reproduksi berupa konus atau strobilus.
5. Pembuahan pada Gymnospermae disebut  pembuahan tunggal.
6. Angiospermae atau tumbuhan berbunga menghasilkan mikrospora dan megaspora.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Reproduksi Hewan. http://word press. com. diakses tanggal            14 Februari 2012 pukul 15.20 WIB.

Campbell, NA.  2003. Biologi. Jilid 3. Jakarta. Erlangga. V + 472 hlm.
Irlawati. 2000. Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. Bandung. ITB.                    X + 405 hlm.

Kimball,W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta. Erlangga. XII + 755 hlm.
Loveless,A.R. 1999. Prinsip-Prinsip Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Jakarta. Erlangga. XI + 390 hlm.

Nugroho,L. Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta. Penebar Swadaya. IV + 180 hlm.

Tjitrosoepomo,Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. UGM Press.                                        X + 268 hlm.






















0 komentar to Reproduksi Tumbuhan

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.