ABSTRAK
Praktikum
ini berjudul “reproduksi hewan”, bertujuan untuk mempelajari dan mengenali
sistem reproduksi pada beberapa hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jum’at, 24 Februari 2012 pada pukul 13.15 WIB sampai dengan 15.30 WIB.
Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, killing
jar dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Cyprinus carpio, Mus musculus, Kloroform dan Rana cancrifora. Hasil
yang diperoleh adalah Cyprinus carpio
dan Rana cancrifora melakukan fertilisasi
secara eksternal, sedangkan Mus musculus
melekukan fertilisasi secara internal. Kesimpulan yanng diperoleh adalah hewan
jantan dan betina memiliki sistem
reproduksi yang berbeda.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua jenis makhluk hidup berusaha
meneruskan keturunannya, baik dalam kondisi lingkungan yang normal atau pun
dalam kondisi lingkungan yang sulit. Secara khusus, reproduksi mempelajari
perkembangbiakan makhluk hidup dengan segala seluk-beluk perkembangbiakannya. Biologi
menggolongkan reproduksi makhluk hidup atas dua cara, yakni reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Begitupun
reproduksi pada hewan juga terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
secara seksual pada hampir semua hewan, sedangkan reproduksi secara aseksual hanya
terjadi pada hewan-hewan tertentu, terutama hewan-hewan invertaebrata (Anonim
2012: 1).
Reproduksi
aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi
aseksual biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang
(avertebrata). Reproduksi seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi
atau hewan betulang belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan
alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa
pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi aseksual pada hewan umumnya terjadi pada
avertebrata dan tidak melibatkan alat
reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu
pertunasan, pembelahan sel, dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai
perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individus betina (Campbell
2004: 174).
Reproduksi
aseksual pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan peleburan
dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme
yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet,
dapat terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai
contoh pada cacing tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin.
Keuntungan cara reproduksi secara
aseksual ini adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan
individu baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan
sedikit energi dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati 2000:
146).
Reproduksi aseksual pada hewan
lebih jarang terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing kecil berkembang biak
dengan cara fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma, cacing tersebut
secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan
berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies,
seperti pada ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain,
misalnya koral, tunas tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini
menyebabkan terjadinya koloni. Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan
parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing pita. Cacing pita yang terdiri dari
suatu kapsul yang mengandung skoleks
(Kimball 2000: 359).
Beberapa spesies hewan tingkat tinggi
berkembangbiak dengan cara yang menarik yang disebut dengan partenogenesis.
Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak tanpa di buahi.
Partenogenesis terdapat pada ikan-ikan
tertentu, sejumlah serangga dan beberapa jenis kadal. Pada beberapa kasus,
partenogenesis adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan gewan tertentu
untuk berkembangbiak.Tetapi yang lebih lazim, hewan tersebut melakukan partenogenesis
pada waktu tertentu. Perkembangbiakan secara partenogenesis lebih cepat
daripada secara seksual dan cara ini memungkinkan spesies dapat cepat
memanfaatkan sum ber makanan yang tersedia. Mungkin semua bentuk reproduksi
aseksual melancarkan kolonisasi dan eksploitasi yang efisien (Irlawati 2000:
147).
Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu
alternatif dan bukanya suatu pengganti dari reproduksi seksual. Sebagaimana
pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat terjadi kombinasi gen baru.
Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena reproduksi
seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada
perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan tidak terdapat generasi haploid dan diploid
secara bergantian (Kimball 2000: 360).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari serta mengenal sistem
reproduksi pada beberapa hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan dapat bereproduksi hanya secara seksual
atau aseksual atau bisa bergantian melakukan kedua modus tersebut. Reproduksi
aseksual biasanya hanya melibatkan orang
tua tunggal dan tidak melibatkan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual
terjadi tanpa melalui penyatuan sperma dan ovum. Reproduksi
aseksual secara keseluruhan mengandalkan pembelahan sel secara mitosis.
Reproduksi aseksual adalah penciptaan keturunan melalui gamet haploid untuk
membentuk zigot (telur yang dibuahi), yang diploid. Gamet betina, ovum (telur
yang belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relatif besar dan tidak motil.
Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil (Campbell
2004: 156).
Reproduksi
aseksual pada hewan dapat terjadi melalui cara pembelahan (fission),
fragmentasi, pertunasan, pembentukan tubuh-tubuh reproduktif , partenogenesis
dan paedogenesis. Reproduksi dengan cara pembelahan banyak terjadi pada
organisme bersel satu dan invertebrata. Pada beberapa spesies cacing dan
invertebrata, reproduksi terjadi melalui fragmentasi. Setelah mencapai usia
dewasa, tubuh hewan itu terbagi menjadi fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen itu
kemudian tumbuh menjadi hewan-hewan
dewasa baru. Pada sejumlah hewan perkembangbiakan terjadi dengan cara membentuk
tunas-tunas. Ada tunas-tunas yang tetap terikat pada induknya, sehingga ini
membentuk apa yang dinamakan koloni. Pertunasan terjadi pada koral, ubur-ubur,
hydra, batu karang dan lumut (Putra 2002: 165).
Dalam peristiwa partenogenesis, telur dari
hewan betina bertumbuh menjadi bakal anak tanpa dibuahi oleh hewan jantan.
Partenogenesis biasanya terjadi pada hewan kelas insecta. Regenerasi merupakan
kemampuan organisme membentuk tubuh yang sempurna dari bagian tubuhnya yang
terpisah secara sengaja maupun tidak sengaja. Regenerasi
banyak terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida, polikaeta, dan
tunikata. Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang
dengan cara regenerasi, misalnya sebagian besar bintang laut dapat menumbuhkan
lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan
reproduksi karena tidak menghasilkan individu baru. Pada bintang laut dari
genus Linekia, individu baru bisa tumbuh dan berkembang (Kimball 2000: 364).
Pada
reproduksi seksual terjadi proses kombinasi materi genetik dari dua sel induk
sehingga menghasilkan sela anak yang unik dan berbeda dengan induknya. Ketika
sperma membuahi ovum, terjadilah reproduksi seksual. Reproduksi seksual
memerlukan baik individu jantan maupun betina. Komponen penting dalam
reproduksi seksual adalah gonad dan zygot. Gonad adalah struktur yang
menghasilkan gamet. Pada jantan adalah testis dan pada betina adalah ovarium.
Sedangkan zygot adalah sel telur yang telah difertilisasi oleh sperma dimana
terjadi penggabungan dua gamet
(sperma dan sel telur). Reproduksi seksual meningkatkan
keragaman genetik di antara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi unik
gen yang diwariskan dari dua induk (Campbell 2004: 150).
Pada
sebagian besar mamalia, termasuk manusia, organ reproduksi luar dari jantan
adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi dalam terdiri dari gonad yang
memproduksi gamet (sel sperma) dan hormon, kelenjar-kelenjaraksesoris yang
menghasilkan produk yang diperlukan untuk pergerakan sel dan saluran yang menjadi jalur dari sperma dan sekresi
glandular. Gonad jantan atau testis tersusun dari banyak tabung berbentuk
sperti spiral yang dikelilingi oleh beberapa lapisan jaringan penghubung.
Ovarium terdapat pada tubuh betina yanng pada manusia dapata menyimpan kurang
lebih 1,5 juta sel-sel telur muda. Pada proses ovulasi satu sel seks menjadi
matang dan dilepaskan dari ovarium ke oviduct. Ovarium juga mensekresikan dua
hormon, yaitu estrogen dan progesteron (Putra 2002: 171).
Suatu
organisme tidak terbentuk langsung pada telur akan tetapi akan melewati proses
epigenesis, yaitu suatu proses pembentukan tubuh secara bertahap yang
dikendalikan oleh gen. Pada hewan, terdapat empat macam tipe perkembangan dari
sel telur, yaitu viviparous, oviparous, ovoviviparous dan nonplacental mammals.
Viviparous merupakan tipe perkembangan dimana embrio berkembang mendapatkan
makanan didalam tubuh hewan betina sebelum dilahirkan. Oviparous merupakan tipe
perkembangan dimana embrio berkembang di dalam telur yang diletakkan di luar
tubuh sebelum menetas. Ovoviviparous merupakan tipe perkembangan dimana embrio
berkembang di dalam telur yang tetap dipertahankan berada dalam tubuh induk
sebelum menetas di dalam tubuh induk (Irlawati 2000: 148).
Beberapa
mamalia, seperti platypus, meletakkan
telur akan tetapi memberi makan anaknya melalui kelenjar susu yang diwakili
oleh hewan betina. Marsupial, seperti koala dan kanguru adalah mamalia yang
melahirkanakan tetapi anak tersebut berkembang di dalam kantung yang dimiliki
oleh hewan betina. Peristiwa fertilisasi merupakan peeristiwa paling penting
yang akan mengaktifkan rangkaian metabolisme yang memicu proses perkembangan
embrio. Proses fertilisasi mulai bila sperma benar-benar melekata pada telur. Untuk
itu, sperma melepaskan enzim pencerna yang membuat lubang pada lapisa protein
pelengkap dan pada beberapa spesies pada sel-sel folikel sisa, yang biasanya
menyelubungi telur (Campbell 2004: 155).
Pada
hewan akuatik lingkungan basah untuk fertilisasi bukanlah suatu
persoalan.Fertilisasi dapat terjadi langsung dalam air setelah setiap induk
melepaskan gamet. Untuk menambah peluang pertemuan gamet, biasanya gamet-gamet
tadi dilepaskan cukup berdekatan. Ikan merupakan kelompok hewan ovipar. ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki
alat kelamin luar. Ikan betina mengeluarakan ovum yang tidak akan berkembang
lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari
ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Bersamaan dengan itu,
ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui saluran
urogenital dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air
atau yang disebut dengan fertilisasi eksternal (Kimball 2000: 362).
Kelompok
amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh.
Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu
katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak
betina. Kebanyakan amfibia tidak memelihara telur-telurnya. Setelah fertilisasi
telur benar- benar ditinggalkan
untuk berkembang di dalam air. Lapisan albumin pembungkus telur menyerap air,
menggembung dan memberikan beberapa perlindungan fisik bagi telur. Ini juga
membantu telur agar lebih hangat daripada air disekitarrnya (Irlawati 2000:
149).
Semua
jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan mencit merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar,
sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal,
mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara ovarium menghasilkan ovum
yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus,
terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina. Testis berisi sperma,
berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis
disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan uretra (Putra 2002: 167).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 24
Februari 2012 pada pukul 13.00 WIB
sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya, Indralaya.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk dan killing jar dan pinset.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Cyprinus
carpio, Mus musculus, Rana cancrifora dan Kloroform.
3.3
Cara Kerja
Dipingsankan atau dimatikan bahan terlebih
dahulu, seperti Rana cancrifora yang
dimasukkan ke dalam killing jar yang di beri kloroform. Mus musculus dengan cara dislokasi leher. Diletakkan bahan di atas
baki bedah dan ditusuk dengan jarum penusuk. Dibedah bahan dengan menggunakan
gunting dan pinset. Diamati dan digambarkan bagian-bagian sistem reproduksi
dari tiap-tiap bahan serta diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
a.
Cyprinus
carpio
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo :
Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Nama
umum : Ikan mas
b.
Mus
musculus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili :
Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Nama umum : Mencit
c. Rana
cancrifora
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili :
Anuraceae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrifora
Nama umum : Katak sawah
4.2. Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa gambar Cyprinus carpio, Mus musculus dan Rana sp. Dari bahan yang dibawa
masing-masing berjumlah sepasang yang memiliki alat reproduksi yang beerbeda.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (2000: 363), bahwa reproduksi pada hewan dapat terjadi secara
seksual dan aseksual. Cyprinus carpio,
Mus musculus dan Rana sp.
Merupakan hewan yang bereproduksi secara seksual. Reproduksi secara seksual
adalah sistem reproduksi yang melibatkan dua sel kelamin, yaitu sel telur dan
spermatozoa. Keturunan yang dihasilkan dalam reproduksi seksual akan memiliki
materi genetik yang merupakan gabungan dari kedua induknya.
Cyprinus
carpio termasuk ke dalam kelompok hewan ovipar (bertelur). Hal ini sesuai
dengan pendapat Campbell (2004: 154), bahwa ovipar merupakan hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya.
Embrio berkembang di dalam sel telur dan memperoleh sumber makanan dari
cadangan makanan dalam telur. Cyprinus carpio
tidak mempunyai organ perkawinan. Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di
dalam air. Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak
dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang
dibiarkan terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan
dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada
pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada ikan
mujaer.
Cyprinus
carpio berkembang biak secara seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra
(2002: 147), bahwa jenis ikan berkembang
biak secara seksual, yaitu memerlukan pasangan untuk mendapatkan individu
atau keturunan baru. Pada jenis ikan jantan memiliki testis
berjumlah sepasang dan digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh
mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya
panjang dan seringkali berlobus. Pada saluran reprduksi Bagian posterior duktus
aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk
kantung sperma. Duktus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran
dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Itu
pada saluran reproduksi ikan jantan.
Pada ikan betina terdapat ovarium yang
terletak pada rongga anterior abdomen. Hal ini sesuai dengan pendapat Irlawati
(2000: 173), pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada
Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi
Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Oviduk pada ikan betina sempit, pada bagian anterior dan posteriornya.
Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei
mempunyai oviduk yang pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada
bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.
Mus
musculus termasuk ke dalam hewan vivipar (beranak). Hal ini sesuai dengan
pendapat kimball (2000: 364) yang menyatakan, bahwa hewan vivipar adalah hewan
yang melahirkan anaknya dan menyusui. Embrio berkembang di dalam tubuh
induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantara plasenta
(ari-ari). Pada praktikum digunakan Mus
musculus dengan jumlah sepasang, yaitu jantan dan betina yang memiliki alat
reproduksi yang berbeda. Pada mencit jantan, testis berjumlah
sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan
jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Pada saluran reproduksi,
tubulus semeniferus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju
epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis.
Pada mencit betina,
memiliki ovarium yang berjumlah sepasang yang terletak di dalam rongga pelvis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Irlawati (2000: 175). Pada saluran reproduksi, oviduk
bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang mensekresikan bungkus
telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka. Pada mamalia
yang lain, duktus muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Bagian anterior
oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga selom. Pada
mencit betina ini memiliki empat macam tipe uterus, yaitu dupleks, bipartil,
bikomuat dan simpleks. Pada mamalia memiliki kelenjar susu yang merupakan
modifikasi dari kelenjar keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon
estrogen dan progesteron.
Rana
sp. Termasuk dalam kelas Amphibia. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball
(2000: 363). Pada katak jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih
kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah caudal dijumpai korpus
adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Pada saluran reproduksi,
duktus mesoneferus akan membesar membentuk vasikula seminalis. Pada katak
betina terdapat ovarium yang berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya
dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Pada saluran
reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan
bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum
abdominal. Oviduk di sebelah caudal mengadakan pelebaran yang disebut duktus
mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
Pembuahan pada
reproduksi secara seksual dibagi menjadi dua, yaitu secara internal dan
eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2004: 158), bahwa pembuahan
internal adalah pembuahan sel telur oleh sperma di dalam tubuh hewan betina.
Sedangkan pembuahan secara eksternal merupakan pembuahan yang terjadi di luar
tubuh hewan betina. Dari bahan yang digunakan dalam praktikum, hewan yang
bereproduksi secara internal adalah Mus musculus, karena melakukan pembuahan
di dalam tubuh hewan betina. Sedangkan hewan yang melakukan pembuahan secara
eksternal adalah Cyprinus carpio dan Rana sp.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada
hewan terjadi reproduksi seksual dan aseksual.
2. Cyprinus carpio
dan Rana sp. melakukan fertilisasi
secara eksternal.
3. Mus musculus melakukan
fertilisasi secara internal.
4. Rana
sp. tidak memiliki organ kopulatoris karena fertilisasinya terjadi secara
eksternal.
5. hewan
yangm melakukan fertilisasi secara internal dilengkapi dengan organ kopulatoris
pada hewan jantan.
6. Organ
utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan gonadnya
disebut testis, sedangkan pada hewan betina disebut ovarium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Reproduksi Pada Hewan. http://www.bicciberway. Blogspot.com.
Diakses tanggal 20 Februari 2012 pukul 18.30 WIB.
Campbell,
N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga
Jakarta. XXI + 472 hlm.
Irlawati.
2000. Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. Bandung. ITB. X + 405 hlm.
Kimball,
W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta. Erlangga. XII + 755 hlm.
Putra,
Ramadhani E. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Hewan. Jakarta. Erlangga. VIII + 248 hlm.
0 komentar to Reproduksi Hewan