Reproduksi Hewan

Posted by Unknown On Minggu, 29 April 2012 0 komentar

ABSTRAK
            Praktikum ini berjudul “reproduksi hewan”, bertujuan untuk mempelajari dan mengenali sistem reproduksi pada beberapa hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 24 Februari 2012 pada pukul 13.15 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, killing jar dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Cyprinus carpio, Mus musculus, Kloroform dan Rana cancrifora. Hasil yang diperoleh adalah Cyprinus carpio dan Rana cancrifora melakukan fertilisasi secara eksternal, sedangkan Mus musculus melekukan fertilisasi secara internal. Kesimpulan yanng diperoleh adalah hewan jantan dan  betina memiliki sistem reproduksi yang berbeda.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
  Semua jenis makhluk hidup berusaha meneruskan keturunannya, baik dalam kondisi lingkungan yang normal atau pun dalam kondisi lingkungan yang sulit. Secara khusus, reproduksi mempelajari perkembangbiakan makhluk hidup dengan segala seluk-beluk perkembangbiakannya. Biologi menggolongkan reproduksi makhluk hidup atas dua cara, yakni reproduksi  seksual dan reproduksi aseksual. Begitupun reproduksi pada hewan juga terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual pada hampir semua hewan, sedangkan reproduksi secara aseksual hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu, terutama hewan-hewan invertaebrata (Anonim 2012: 1).
   Reproduksi aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang (avertebrata). Reproduksi seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan betulang belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi aseksual pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak  melibatkan alat reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu pertunasan, pembelahan sel, dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individus betina (Campbell 2004: 174).
  Reproduksi aseksual pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan peleburan dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai contoh pada cacing tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Keuntungan cara reproduksi  secara aseksual ini adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan individu baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan sedikit energi dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati 2000: 146).
  Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing kecil berkembang biak dengan cara fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma, cacing tersebut secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies, seperti pada ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain, misalnya koral, tunas tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini menyebabkan terjadinya koloni. Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing pita. Cacing pita yang terdiri dari suatu kapsul  yang mengandung skoleks (Kimball 2000: 359).
   Beberapa spesies hewan tingkat tinggi berkembangbiak dengan cara yang menarik yang disebut dengan partenogenesis. Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak tanpa di buahi. Partenogenesis terdapat pada     ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga dan beberapa jenis kadal. Pada beberapa kasus, partenogenesis adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan gewan tertentu untuk berkembangbiak.Tetapi yang lebih lazim, hewan tersebut melakukan partenogenesis pada waktu tertentu. Perkembangbiakan secara partenogenesis lebih cepat daripada secara seksual dan cara ini memungkinkan spesies dapat cepat memanfaatkan sum ber makanan yang tersedia. Mungkin semua bentuk reproduksi aseksual melancarkan kolonisasi dan eksploitasi yang efisien (Irlawati 2000: 147).
  Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu alternatif dan bukanya suatu pengganti dari reproduksi seksual. Sebagaimana pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat terjadi kombinasi gen baru. Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena reproduksi seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan  tidak terdapat generasi haploid dan diploid secara bergantian (Kimball 2000: 360).

1.2  Tujuan Praktikum
   Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari serta mengenal sistem reproduksi  pada beberapa hewan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 Hewan dapat bereproduksi hanya secara seksual atau aseksual atau bisa bergantian melakukan kedua modus tersebut. Reproduksi aseksual  biasanya hanya melibatkan orang tua tunggal dan tidak melibatkan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual terjadi tanpa melalui penyatuan sperma dan ovum. Reproduksi aseksual secara keseluruhan mengandalkan pembelahan sel secara mitosis. Reproduksi aseksual adalah penciptaan keturunan melalui gamet haploid untuk membentuk zigot (telur yang dibuahi), yang diploid. Gamet betina, ovum (telur yang belum dibuahi), umumnya adalah sel yang relatif besar dan tidak motil. Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil (Campbell 2004: 156).
Reproduksi aseksual pada hewan dapat terjadi melalui cara pembelahan (fission), fragmentasi, pertunasan, pembentukan tubuh-tubuh reproduktif , partenogenesis dan paedogenesis. Reproduksi dengan cara pembelahan banyak terjadi pada organisme bersel satu dan invertebrata. Pada beberapa spesies cacing dan invertebrata, reproduksi terjadi melalui fragmentasi. Setelah mencapai usia dewasa, tubuh hewan itu terbagi menjadi fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen itu kemudian tumbuh menjadi          hewan-hewan dewasa baru. Pada sejumlah hewan perkembangbiakan terjadi dengan cara membentuk tunas-tunas. Ada tunas-tunas yang tetap terikat pada induknya, sehingga ini membentuk apa yang dinamakan koloni. Pertunasan terjadi pada koral, ubur-ubur, hydra, batu karang dan lumut (Putra 2002: 165).
 Dalam peristiwa partenogenesis, telur dari hewan betina bertumbuh menjadi bakal anak tanpa dibuahi oleh hewan jantan. Partenogenesis biasanya terjadi pada hewan kelas insecta. Regenerasi merupakan kemampuan organisme membentuk tubuh yang sempurna dari bagian tubuhnya yang terpisah secara sengaja maupun tidak sengaja. Regenerasi banyak terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida, polikaeta, dan tunikata. Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang dengan cara regenerasi, misalnya sebagian besar bintang laut dapat menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan reproduksi karena tidak menghasilkan individu baru. Pada bintang laut dari genus Linekia, individu baru bisa tumbuh dan berkembang (Kimball 2000: 364).
Pada reproduksi seksual terjadi proses kombinasi materi genetik dari dua sel induk sehingga menghasilkan sela anak yang unik dan berbeda dengan induknya. Ketika sperma membuahi ovum, terjadilah reproduksi seksual. Reproduksi seksual memerlukan baik individu jantan maupun betina. Komponen penting dalam reproduksi seksual adalah gonad dan zygot. Gonad adalah struktur yang menghasilkan gamet. Pada jantan adalah testis dan pada betina adalah ovarium. Sedangkan zygot adalah sel telur yang telah difertilisasi oleh sperma dimana terjadi penggabungan dua gamet        (sperma dan sel telur). Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik di antara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi unik gen yang diwariskan dari dua induk (Campbell 2004: 150).
Pada sebagian besar mamalia, termasuk manusia, organ reproduksi luar dari jantan adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi dalam terdiri dari gonad yang memproduksi gamet (sel sperma) dan hormon, kelenjar-kelenjaraksesoris yang menghasilkan produk yang diperlukan untuk pergerakan sel dan saluran  yang menjadi jalur dari sperma dan sekresi glandular. Gonad jantan atau testis tersusun dari banyak tabung berbentuk sperti spiral yang dikelilingi oleh beberapa lapisan jaringan penghubung. Ovarium terdapat pada tubuh betina yanng pada manusia dapata menyimpan kurang lebih 1,5 juta sel-sel telur muda. Pada proses ovulasi satu sel seks menjadi matang dan dilepaskan dari ovarium ke oviduct. Ovarium juga mensekresikan dua hormon, yaitu estrogen dan progesteron (Putra 2002: 171).
Suatu organisme tidak terbentuk langsung pada telur akan tetapi akan melewati proses epigenesis, yaitu suatu proses pembentukan tubuh secara bertahap yang dikendalikan oleh gen. Pada hewan, terdapat empat macam tipe perkembangan dari sel telur, yaitu viviparous, oviparous, ovoviviparous dan nonplacental mammals. Viviparous merupakan tipe perkembangan dimana embrio berkembang mendapatkan makanan didalam tubuh hewan betina sebelum dilahirkan. Oviparous merupakan tipe perkembangan dimana embrio berkembang di dalam telur yang diletakkan di luar tubuh sebelum menetas. Ovoviviparous merupakan tipe perkembangan dimana embrio berkembang di dalam telur yang tetap dipertahankan berada dalam tubuh induk sebelum menetas di dalam tubuh induk (Irlawati 2000: 148).
Beberapa mamalia, seperti platypus,  meletakkan telur akan tetapi memberi makan anaknya melalui kelenjar susu yang diwakili oleh hewan betina. Marsupial, seperti koala dan kanguru adalah mamalia yang melahirkanakan tetapi anak tersebut berkembang di dalam kantung yang dimiliki oleh hewan betina. Peristiwa fertilisasi merupakan peeristiwa paling penting yang akan mengaktifkan rangkaian metabolisme yang memicu proses perkembangan embrio. Proses fertilisasi mulai bila sperma      benar-benar melekata pada telur. Untuk itu, sperma melepaskan enzim pencerna yang membuat lubang pada lapisa protein pelengkap dan pada beberapa spesies pada sel-sel folikel sisa, yang biasanya menyelubungi telur (Campbell 2004: 155).
Pada hewan akuatik lingkungan basah untuk fertilisasi bukanlah suatu persoalan.Fertilisasi dapat terjadi langsung dalam air setelah setiap induk melepaskan gamet. Untuk menambah peluang pertemuan gamet, biasanya gamet-gamet tadi dilepaskan cukup berdekatan. Ikan merupakan kelompok hewan ovipar.  ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina mengeluarakan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui saluran urogenital dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air atau yang disebut dengan fertilisasi eksternal (Kimball 2000: 362).
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kebanyakan amfibia tidak memelihara telur-telurnya. Setelah fertilisasi telur          benar- benar ditinggalkan untuk berkembang di dalam air. Lapisan albumin pembungkus telur menyerap air, menggembung dan memberikan beberapa perlindungan fisik bagi telur. Ini juga membantu telur agar lebih hangat daripada air disekitarrnya (Irlawati 2000: 149).
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan mencit merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina. Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan uretra (Putra 2002: 167).





BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 24 Februari 2012 pada pukul   13.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan
     Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk dan killing jar dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Cyprinus carpio, Mus musculus, Rana cancrifora dan Kloroform.

3.3 Cara Kerja
     Dipingsankan atau dimatikan bahan terlebih dahulu, seperti Rana cancrifora yang dimasukkan ke dalam killing jar yang di beri kloroform. Mus musculus dengan cara dislokasi leher. Diletakkan bahan di atas baki bedah dan ditusuk dengan jarum penusuk. Dibedah bahan dengan menggunakan gunting dan pinset. Diamati dan digambarkan bagian-bagian sistem reproduksi dari tiap-tiap bahan serta diberi keterangan.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
a.    Cyprinus carpio
     Klasifikasi     
     Kingdom         : Animalia
            Filum               : Chordata
            Kelas               : Osteichtyes
            Ordo                : Cypriniformes
            Famili              : Cyprinidae
            Genus              : Cyprinus
            Spesies            : Cyprinus carpio
            Nama umum    : Ikan mas
           
                                                                                   


b.    Mus musculus
     Klasifikasi
                        Kingdom         : Animalia
                        Filum               : Chordata
                        Kelas               : Mammalia
                        Ordo                : Rodentia
                        Famili              : Muridae
                        Genus              : Mus
                        Spesies            : Mus musculus
                        Nama umum    : Mencit


c.       Rana cancrifora                                                                    
Klasifikasi
                        Kingdom         : Animalia
                        Filum               : Chordata
                        Kelas               : Amphibia
                        Ordo                : Anura
                        Famili              : Anuraceae
                        Genus              : Rana
                        Spesies            : Rana cancrifora
                        Nama umum    : Katak sawah




4.2. Pembahasan
          Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa gambar Cyprinus carpio, Mus musculus dan Rana sp. Dari bahan yang dibawa masing-masing berjumlah sepasang yang memiliki alat reproduksi yang beerbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (2000: 363), bahwa  reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Cyprinus carpio, Mus musculus dan Rana sp. Merupakan hewan yang bereproduksi secara seksual. Reproduksi secara seksual adalah sistem reproduksi yang melibatkan dua sel kelamin, yaitu sel telur dan spermatozoa. Keturunan yang dihasilkan dalam reproduksi seksual akan memiliki materi genetik yang merupakan gabungan dari kedua induknya.
       Cyprinus carpio termasuk ke dalam kelompok hewan ovipar (bertelur). Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2004: 154), bahwa ovipar merupakan  hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di dalam sel telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Cyprinus carpio tidak mempunyai organ perkawinan. Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air. Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada ikan mujaer.
        Cyprinus carpio berkembang biak secara seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2002: 147), bahwa jenis ikan berkembang  biak secara seksual, yaitu memerlukan pasangan untuk mendapatkan individu atau keturunan baru. Pada jenis ikan jantan memiliki testis berjumlah sepasang dan digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Pada saluran reprduksi Bagian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Duktus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Itu pada saluran reproduksi ikan jantan.
          Pada ikan betina terdapat ovarium yang terletak pada rongga anterior abdomen. Hal ini sesuai dengan pendapat Irlawati (2000: 173), pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh    fimbre-fimbre. Oviduk pada ikan betina sempit, pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei mempunyai oviduk yang pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.
        Mus musculus termasuk ke dalam hewan vivipar (beranak). Hal ini sesuai dengan pendapat kimball (2000: 364) yang menyatakan, bahwa hewan vivipar adalah hewan yang melahirkan anaknya dan menyusui. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantara plasenta (ari-ari). Pada praktikum digunakan Mus musculus dengan jumlah sepasang, yaitu jantan dan betina yang memiliki alat reproduksi yang berbeda. Pada mencit jantan, testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Pada saluran reproduksi, tubulus semeniferus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis.
        Pada mencit betina, memiliki ovarium yang berjumlah sepasang yang terletak di dalam rongga pelvis. Hal ini sesuai dengan pendapat Irlawati (2000: 175). Pada saluran reproduksi, oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka. Pada mamalia yang lain, duktus muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga selom. Pada mencit betina ini memiliki empat macam tipe uterus, yaitu dupleks, bipartil, bikomuat dan simpleks. Pada mamalia memiliki kelenjar susu yang merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan progesteron.
          Rana sp. Termasuk dalam kelas Amphibia. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (2000: 363). Pada katak jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah caudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Pada saluran reproduksi, duktus mesoneferus akan membesar membentuk vasikula seminalis. Pada katak betina terdapat ovarium yang berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Pada saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah caudal mengadakan pelebaran yang disebut duktus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
      Pembuahan pada reproduksi secara seksual dibagi menjadi dua, yaitu secara internal dan eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2004: 158), bahwa pembuahan internal adalah pembuahan sel telur oleh sperma di dalam tubuh hewan betina. Sedangkan pembuahan secara eksternal merupakan pembuahan yang terjadi di luar tubuh hewan betina. Dari bahan yang digunakan dalam praktikum, hewan yang bereproduksi secara internal adalah  Mus musculus, karena melakukan pembuahan di dalam tubuh hewan betina. Sedangkan hewan yang melakukan pembuahan secara eksternal adalah Cyprinus carpio dan Rana sp.




BAB V
KESIMPULAN
          Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Pada hewan terjadi reproduksi seksual dan aseksual.
2.    Cyprinus carpio dan Rana sp. melakukan fertilisasi secara eksternal.
3.    Mus musculus melakukan fertilisasi secara internal.
4.    Rana sp. tidak memiliki organ kopulatoris karena fertilisasinya terjadi secara eksternal.
5.    hewan yangm melakukan fertilisasi secara internal dilengkapi dengan organ kopulatoris pada hewan jantan.
6.    Organ utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan gonadnya disebut testis, sedangkan pada hewan betina disebut ovarium.


              


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Reproduksi Pada Hewan. http://www.bicciberway. Blogspot.com. Diakses tanggal 20 Februari 2012 pukul 18.30 WIB.

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga Jakarta. XXI + 472 hlm.
Irlawati. 2000.  Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. Bandung. ITB.                    X + 405 hlm.

Kimball, W John. 2000.  Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta. Erlangga. XII + 755 hlm.
Putra, Ramadhani E. 2002.  Anatomi Dan Fisiologi Hewan. Jakarta. Erlangga.           VIII + 248 hlm.





























0 komentar to Reproduksi Hewan

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.